Tuesday, 3 July 2012

Lumpur Sidoarjo..Kapan berhenti?

              Mud vulcano sudah cukup terkenal di Indonesia dengan terjadinya erupsi LUSI (Lumpur Sidoarjo) sejak 29 Mei 2006 lalu sampai sekarang. Menurut penjelasan yang saya terima, Lusi ini terjadi karena adanya kesalahan pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo, yakni mereka seharusnya melakukan pengeboran pada Formasi Kujung (batugamping) pada Zona Rembang tetapi yang terjadi justru mereka mengebor pada Formasi Klitik (batugamping) pada Zona Kendeng  dimana bagian atasnya merupakan Formasi Pucangan yang komposisinya adalah batulempung.

              Karena ketidaktahuan ini, maka mereka pun tidak memasang casing (penutup) pada lubang bor, padahal sebenarnya lumpur overpressure dari Formasi Pucangan sudah mendesak (blow out banget), tapi desakan lumpur itu bisa tertahan oleh pompa lumpur Lapindo (diberi recharge lumpur dari atas).

             Setelah beberapa saat kemudian (9000 kakian), pengeboran itu sampailah ke batugamping yang dikira Formasi Kujung, padahal kenyataannya Formasi Klitik. Secara fisik, batugamping ini sangat berbeda dimana Formasi Klitik ini sangat porous (banyak berlubang-lubang). Sehingga lumpur yang disemprotkan dari atas hilang dan masuk ke lubang-lubang tersebut). Akibatnya tidak ada lagi pasokan lumpur dari atas yang bisa menahan blow out nya Formasi Pucangan, atau istilahnya terjadi kick. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick.

            Singkatnya karena desakan lumpur Formasi Pucangan ini semakin hebat ke atas, maka bor akan menutup secara otomatis (prosedur standard pengeboran) sehingga lumpur pucangan tidak muncrat. Sehingga karena ini, justru tidak terjadi erupsi lumpur panas pada sumur pengeboran Lapindo.

            Tetapi alam berkata lain, daerah sekitar Lapindo ini merupakan zona rekahan (sesar) sehingga lumpur Formasi Pucangan akan berusaha mencari tempat lain untuk keluar. Akibatnya terjadilah erupsi pertama Lusi di semak-semak yang berjarak 150 meter dari sumur pemboran Lapindo. Erupsi yang awalnya hanya 1 akhirnya bertambah lagi menjadi lima, dan skrg masih ada beberapa erupsi yang eksis.

             Setelah dilihat dari citra satelit, terlihat adanya kelurusan berarah timur laut yang bisa ditarik dari beberapa erupsi Lusi. Kelurusan ini dikontrol oleh Patahan Watukosek.
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!

2 comments :

  1. KENAPA GAK DI KASIH SEMEN KERING SELEBAR LUBANG ITU ???? , NTR BARU DI KASIH CAIRAN OBAT PENGERAS , LALU KASIH TERUS DI LUBANG YG LAINNYA SAMPAI BERHENTI, UANG NYA MINTA AJA AMA PENANGGUNG JAWAB NYA??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduwh susah bro, setiap lubang sumur sebenarnya sudah ada BOP = Blow Out Preventer, dimana alat ini secara otomatis sudah akan menutup kalau ada desakan/tekanan dari bawah. Tapi karena di lokasi ini adalah zona patahan Watukosek (ada rekahan-rekahan), maka saat satu lubang ditutup, lumpur itu akan berusaha keluar melalui zona lemah yang lain.. Nah keluarnya itu justru bukan di sumur, karena setiap sumur pemboran sudah ada BOP-nya.

      Delete